Jakarta – Aksi unjuk rasa mahasiswa Universitas Trisakti yang awalnya digadang-gadang sebagai bentuk perlawanan damai, berakhir dengan tindakan anarkis.
Tujuh anggota kepolisian menjadi korban pemukulan oleh massa aksi yang berusaha menerobos Gedung Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (21/5) sore.
Awal Damai, Berakhir Kekerasan
Aksi yang diikuti sekitar 50 mahasiswa ini mulanya berlangsung tertib. Mereka menuntut penyelesaian kasus Tragedi Trisakti 1998 dan penganugerahan gelar pahlawan nasional bagi empat korban mahasiswa. Namun, situasi berubah saat massa tiba di depan Balai Kota pukul 16.35 WIB. Sebagian dari mereka nekat menerobos barikade polisi, disusul aksi pemukulan terhadap petugas yang berjaga.
Tujuh personel Polri mengalami luka lebam dan goresan di bagian kepala, pelipis, serta tangan. Salah satu korban, Bripda Khalifah, bahkan mengalami luka di belakang kepala akibat hantaman benda tumpul.
Mahasiswa tiba-tiba menyerang dan petugas yang berjaga hanya berusaha menahan mereka agar tidak masuk ke Balai Kota.
Polri Bertindak Tegas
Kapolres Metro Jakarta Pusat segera turun tangan, memerintahkan penangkapan terhadap provokator. Delapan mahasiswa yang diduga sebagai pelaku kekerasan diamankan dan dibawa ke Polda Metro Jaya untuk pemeriksaan. Tak hanya itu, puluhan sepeda motor milik massa aksi juga disita karena indikasi pelanggaran, termasuk beberapa yang tidak memiliki kunci kontak.
Demonstrasi adalah hak, tetapi kekerasan bukanlah solusi
Massa Dikendalikan, Situasi Kondusif
Pukul 18.10 WIB, aksi dinyatakan selesai setelah seluruh peserta dibawa ke Polda Metro Jaya. Proses identifikasi dan pemeriksaan terhadap barang bukti masih berlangsung. Polisi juga memastikan akan menindak tegas pelaku kekerasan sesuai hukum yang berlaku.
Publik Geram: “Inikah Generasi Emas?”
Insiden ini memantik kekecewaan publik.
“Miris, mereka menuntut keadilan untuk korban 1998, tapi malah menciptakan korban baru. Ironis!” kata warga yang melihat kejadian tersebut secara langsung.
Publik lain menyoroti sikap mahasiswa yang dinilai “menggunakan kekerasan sebagai alat perjuangan”, bertolak belakang dengan nilai akademisi yang seharusnya menjunjung rasionalitas.
Daftar Korban dan Barang Bukti
Sebanyak 7 Polisi terluka (luka lebam/gores di kepala, pelipis, dan tangan) yakni Brigadir Yoga Bagus, Brigadir Septino, Bripda M. Fadrial, Bripda Allan Bripda Khalifah, dan Bripda Alehandro.
Dan mahasiswa diamankan: 8 orang (termasuk korlap Faiz Nabawi). Sedangkan motor diamankan sebanyak 4 unit
Pertanyaan Besar: Apakah Aksi Ini Sudah Direncanakan untuk Rusuh?
Fakta bahwa massa langsung melakukan kekerasan saat tiba di lokasi menimbulkan kecurigaan adanya skenario pengerusakan. Polisi menyelidiki kemungkinan keterlibatan pihak ketiga yang memanfaatkan aksi mahasiswa.